Bersantai dan Menikmati Indahnya Curug Citambur

https://i0.wp.com/images.detik.com/content/2012/06/04/1025/img_20120604080900_4fcc0aacdfefe.jpg

https://i0.wp.com/radarsukabumi.com/wp-content/uploads/2012/12/Curug-Citambur.jpg

https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ323PcKxIue253bvPZN722-ik6QCHVw0ne5V576KcvQ1tN7Won

CURUG Citambur Cianjur, sebuah air terjun yang ketinggiannya kira-kira 100 meter di Desa Karang Jaya, Kec. Pagelaran, Cianjur Selatan. Airnya sangat dingin dan tak ada yang berani bermandi di air jatuhannya. Dipastikan badan akan terasa sakit sekali bila tertimpa air jatuhan karena volumenya cukup besar, jauh lebih besar dan tinggi dari Curug Cimahi di daerah Cisarua, Kab. Bandung.

Air terjun yang lokasinya selatan Ciwidey, Kab. Bandung, yang jaraknya kira-kira 40 km itu, berpanorama indah. Sekitar curug selalu diliputi kabut tipis dan suara air jatuhannya begitu keras dan sesekali diselingi suara burung kutilang, seakan memperkaya simfoni suara alam kawasan itu.

Berada di sana serasa di alam yang masih “perawan”, belum banyak disentuh tangan manusia. Objek wisata itu masih eksotis. Ada dua versi, kenapa curug itu bernama Citambur. Dargana, Ketua Badan Pertimbangan Desa (BPD) Desa Karang Jaya menjelaskan, kata orang tua dulu, setiap air terjun yang jatuh ke kolam berbunyi “bergedebum” seperti tambur.

Saat itu, mungkin volume air terjun jauh lebih besar dari sekarang dan kolamnya cukup luas sehingga menimbulkan bunyi seperti alat musik tabuh yang dipukul setiap air menimpa kolam. Seiring menyusutnya volume air, bunyi itu tak terdengar lagi.

Versi lain, curug tersebut dulu termasuk wilayah Kerajaan Tanjung Anginan, yang

 rajanya bergelar Prabu Tanjung Anginan. Pusat kerajaannya berada di Pasirkuda, yang kini termasuk Desa Simpang dan Karang Jaya, Kec. Pagelaran. Dugaan pusat kekuasaan di sana karena ada batu yang berbentuk kursi yang diyakini warga sebagai tempat duduk raja. Sementara itu, nama Pasirkuda karena ada sebuah batu di bukit (pasir dalam bahasa Sunda) yang berbentuk kuda.

Pada saat kerajaan berdiri, setiap raja mau mandi ke curug selalu ditengarai dengan suara tambur, yang ditabuh para pengawal. Suara berdebumnya alat musik tabuh itu terdengar cukup jauh sehingga warga Pasirkuda menyebutnya Curug Citambur.

Namun, baik Dargana maupun Kepala Desa Karang Jaya, Kec. Pagelarang, Kab. Cianjur, Dudih Rachmansyah tidak mengetahui, abad ke berapa Kerajaan Tanjung Anginan berdiri. Dalam buku-buku sejarah yang ada pun tak dikenal kerajaan tersebut. Mungkin, Kerajaan Tanjung Anginan sebuah legenda. Hanya yang pasti, kata Dedih, di Curug Citambur sesekali ada yang bertapa. Mereka sepertinya menganggap di curug itu ada kekuatan supranatural.

MESKI Curug Citambur yang memesona belum diberdayakan secara optimal, terlebih bisa ikut membantu menyejahterakan warga sekitar, tetapi penduduk di sana berkeyakinan satu saat air terjun tersebut bisa membebaskan warga dari lilitan kemiskinan.

Yayan Rohyana, tokoh masyarakat Karang Jaya mengungkapkan, menurut orang tua, paling tidak ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain, jika ada pihak luar yang mau menata.

Pendapat itu bisa dipahami, terlebih jika menelusuri wilayah selatan, mulai dari Ciwalini, Kab. Bandung-Pagelaran-Sindangbarang-Cidaun-Narigul, Kab. Cianjur-Ciwalini (jalur melingkar) banyak objek wisata yang potensial yang belum diberdayakan.

Sejak dari Rancawalini, di kanan kiri jalan dipenuhi kebun teh bagaikan hamparan permadani hijau dan udara yang sejuk. Air “cur-cor”. Sehingga jika melewati jalur tersebut, mata seakan dimanja dan badan menjadi segar. Suasana seperti itu hingga ke Desa Cipelah, Kec. Rancabali, Kab. Bandung karena wilayah tersebut merupakan daerah perkebunan PTPN VIII.

Selepas Cipelah, alam terlihat gersang. Akan tetapi berbatasan dengan Desa Ranca Karya, Kec. Pagelaran, Kab. Cianjur walau bukan areal perkebunan, namun pesawahan menghampar.

Di sebelah kanan jalan dari arah Bandung terlihat tiga curug lumayan besar, yang warga di sana menyebutnya Curug Cisabuk. Air yang mengairi pesawahan di daerah itu, juga berasal dari curug tersebut.

Hanya sayangnya, ketiga curug tersebut agak sulit dijangkau, lokasinya agak jauh dari jalan besar, baru ada jalan setapak dan menanjak. Akan tetapi, kata Achmad, warga Cipelah, di sekitar ketiga curug terdapat gua yang cukup besar. Penghuninya kelelawar.

Kira-kira 6 km ke selatan terlihat lagi dua curug yang salah satunya Curug Citambur. Kedua curug tersebut selain sebagai objek wisata, juga sebagai sumber air minum warga, pengairan areal pesawahan dan kolam.

Dan, di sejumlah lokasi areal pesawahan di sana menggunakan sistem terasering (bertingkat) yang latar belakangnya sebuah bukit yang hijau. Jika dilihat dari jalan raya, terlihat sebuah pemandangan yang menarik.

Areal pesawahan tersebut sangat memungkinkan bila dijadikan agrowisata pesawahan yang sekarang tengah “ngetrend”. Udaranya tidak terlampau panas dan airnya cukup memadai sehingga para wisatawan akan betah bila diajak tandur, memandikan kerbau, dan memanen.

Indahnya kelima curug tersebut terlihat dari jalur Naringgul-Ciwalini, yang lokasinya di seberang timur yang jaraknya cukup jauh terhalang perkebunan teh.

Kelima curug itu terlihat seperti lima garis yang mengilat, terlebih jika tersorot sinar matahari, tampak seperti pelangi, yang terbayang di bawah curug sejumlah bidadari tengah mandi. Sehingga melakukan perjalanan dengan motor, melintasi Ciwidey-Rancawalini-Sindangbarang-Cidaun-Naringgul-Ciwalini sangat mengasyikkan sekalipun jarak tempuhnya cukup jauh.

Di jalur Cidaun-Ciwalini sebenarnya ada sebuah curug, yang lokasinya di pinggir jalan. Hanya sayangnya, airnya sudah kering, konon katanya digunakan untuk pengairan pesawahan. Akan tetapi, situasi itu akan terobati ketika akan memasuki Kota Sindangbarang meski harus memotong hutan.

Di Kampung Jablagan terdapat Curug Cisawer yang lokasinya di pinggir jalan pula, dengan curah air yang tinggi. Keindahan alam yang memesona di wilayah selatan ini, seperti mutiara yang terpendam lumpur, belum diberdayakan. Pangkal penyebabnya, kondisi jalan yang rusak berat. Dengan kondisi seperti itu, para wisatawan menjadi malas ke sana.

Andaikata jalannya mulus, kawasan indah sepanjang jalur selatan itu tentu tak terlalu jauh dinikmati dari Kota Bandung. Apalagi, kawasan wisata yang masih “perawan” itu menyuguhkan keindahan alam nan eksotis. Jalur lingkar selatan Cianjur ini sudah saatnya disentuh agar warga bisa terbebas kemiskinan. Dan mereka tak mudah tertipu menjadi TKW (tenaga kerja wanita) ke negara Timur Tengah

source : google  😀

Belasan Rumah di Cianjur Terancam Longsor

Cianjur, Menit.tv: Belasan rumah di Kampung Citeureup, Desa Sukasirna, Kecamatan Campakamulya, Cianjur, Jabar terancam longsor akibat hujan deras yang turun sejak dua hari terakhir.Bahkan, saat ini pergerakan tanah di wilayah itu terus meluas dan merusak dua rumah serta satu mesjid. Hal tersebut, ungkap Kepala Desa Sukasirna, Durahman, telah dilaporkan ke pihak terkait di Pemkab Cianjur.

Dia menuturkan, enam bulan yang lalu pemukiman warga di Kampung Citeureum, sudah mengalami pergerakan tanah. Namun, warga menolak direlokasi dan memilih bertahan dikarenakan tidak mempunyai lahan untuk membangun rumah baru.

“Akibatnya saat turun hujan deras Sabtu kemarin, pergerakan tanah kian parah dan merusak dua rumah serta satu masjid,” katanya.

Dia menjelaskan, selain terkendala dengan lahan, warga menolak direlokasi jika ke luar dari Kampung Citeureup. Sehingga, pihaknya tidak dapat berbuat banyak untuk merelokasi pemukiman warga yang terancam longsor itu.

“Sedangkan, di Kampung Citeureup ini, tidak ada lahan milik desa, kecuali di Kampung Gedogan. Warga tidak mau dipindahkan ke wilayah Gedogan karena alasannya jauh,” ujarnya.

Untuk sementara ini, tutur dia, pihaknya mengimbau warga yang di Kampung Citeureup, agar waspada dan jika hujan turun deras segera mengungsi karena retakan tanah diperkirakan akan terus meluas.

“Kami sudah melaporkan hal ini enam bulan yang lalu. Tapi pergerakan tanah yang makin meluas, kami belum laporkan ke BPBD Cianjur karena masih tahap pendataan,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, Asep Suhara, mengaku belum mendapatkan laporan pergerakan tanah di kampung itu. Pihaknya berharap pihak desa secepatnya membuat laporan untuk ditindaklanjuti pihaknya.

“Belum ada laporan, kami harapkan desa membuat laporannya, agar kami bisa langsung turun kelapangan untuk menindaklanjuti karena kami khawatir jika ini terus meluas dan terjadi longsor akan menelan korban jiwa,” katanya. – See more at: http://2013.menit.tv/read/2014/02/24/44108/0/17/Belasan-Rumah-di-Cianjur-Terancam-Longsor#sthash.cP01J5Vk.dpuf

http://2013.menit.tv/read/2014/02/24/44108/0/17/Belasan-Rumah-di-Cianjur-Terancam-Longsor

Indahnya Desa Hobbit di Cianjur Selatan

Akhirnya pada 2012, Desa Mekarjaya mendapatkan penghargaan Kampung Pro Iklim dari Kementerian Lingkungan Hidup. Penghargaan itu diberikan pemerintah atas upaya warga memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim. Itu semua karena masyarakat berhenti menebang pohon, dan menjaga pelestarian sumber daya air.

(Foto: Irvan Imamsyah)

Keindahan panorama alam di Desa Mekarjaya bisa membius siapa saja. Hamparan sawah terasering nan indah, juga panorama lain di desa yang berbatasan dengan hutan lindung Gunung Simpang. Kini arus deras air dalam parit terus dipertahankan dengan menanam pohon, agar masyarakat bisa langgeng memanfaatkan aliran listrik dari pembangkit listrik tenaga mikrohidro, pikkohidro dan kincir tradisional.


Jarak Desa Mekarjaya Kecamatan Cidaun, Cianjur Jawa Barat memang tak bisa disebut dekat. Untuk menuju ke sana, kita harus setidaknya berganti empat jenis moda kendaraan. Mulai dari naik jasa travel sampai Kopo Bandung, berdesak-desakan di dalam mobil colt untuk menuju Ciwidey, menempuh jalan mulus dan bergelombang dengan kendaraan elf menuju Paranggong, sampai offroad dengan ojek motor empat tak. Total waktu yang ditempuh jika berjalan sesuai jadwal bisa mencapai tujuh hingga delapan jam.

Mekarjaya berdiri sejak 1985-an, setelah sebelumnya masuk dalam kawasan Desa Cibuluh. Warga Mekarjaya, juga warga desa lain seperti Cibuluh, Puncak Baru merupakan para perambah kawasan hutan lindung. Jadi dulunya mereka merambah kawasan hutan untuk kebutuhan perluasan lahan pertanian, juga kebutuhan sandang papan lainnya untuk membangun rumah tinggal.

Jadilah kondisi persedaan seperti yang bisa kita lihat  seperti sekarang ini.

(Foto: Irvan Imamsyah)
Masyarakat Mekarajaya hidup dengan mengandalkan alam. Mereka bertani, berkebun, memelihara ikan dan juga hewan ternak lainnya. Tapi dengan rata-rata kepemilikan lahan kurang dari setengah hektar per kapita, masyarakat Mekarjaya terus menerus hidup dalam kemiskinan. Itu pula yang jadi sebab sebagian warga lebih memilih bekerja sebagai buruh pabrik di kota, buruh perkebunan di Sumatera, hingga menjadi Tenaga Kerja Indonesia di Arab Saudi.

Belakangan warga pun gencar mengupayakan pelestarian lingkungan dengan memanam pohon dan merawat sumber daya air. Dengan upayanya itu, masyarakat bisa menikmati aliran listrik. Dengan adanya pasokan listrik, warga bisa mengetahui beragam kejadian di luar desa melalui televisi. Juga beragam manfaat lainnya.

(Foto: Irvan Imamsyah)
Dengan situasi geografi desa yang berada berdampingan dengan hutan lindung. Sebenarnya banyak potensi yang bisa dimanfaatkan warga desa untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Misalnya dengan mengembangkan potensi ekowisata perdesaan. Dengan ekowisata, pemangku desa yakin, perhatian pemerintah terhadap Mekarjaya bisa terus meningkat. Apalagi saat ini warga membutuhkan jalan kokoh dan mulus untuk menjual hasil bumi ke kota, dan juga akses listrik yang memadai untuk meningkatkan kapasitas produksi pada usaha sektor pertaniannya.

Beberapa potensi ekowisata yang ada yakni, bentang hutan, persawahan terasering, pemandian air panas, budaya pandai besi, dan kegiatan tradisional masyarakat lainnya. Kalau penasaran ingin menelusuri hutan atau bermain di pemandian air panas, silakan kunjungi Desa Mekarjaya.

 

Editor: DJSetiawan

http://www.portalkbr.com/lifestyle/wisata/2937095_4310.html

Presiden SBY Minggu depan Rencananya Akan ke Cianjur Untk Kunjungi Situs Gunung Padang

INILAH.COM, Cianjur – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) direncanakan akan mengunjungi Situs Megalitikum Gunung Padang di Desa Karyamukti Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, Minggu (24/2/2014).

Pemkab Cianjur pun mulai berbenah menyiapkan berbagai keperluan untuk menyambut kedatangan orang nomor satu di Indonesia itu.

Sekda Cianjur Oting Zaenal Muttaqien mengatakan, SBY dijadwalkan berangkat dari Bogor menggunakan KA Pangrango menuju Stasiun Lampegan. SBY ingin melihat langsung kondisi situs yang digadang-gadang terbesar di Asia Tenggara itu.

“Rencananya memang Presiden SBY akan berkunjung ke Situs Gunung Padang pada Minggu (24/2/2014). Jadi atau tidaknya kami tidak tahu. Sesuai agenda, Presiden akan berangkat dari Bogor menggunakan KA Pangrango hingga ke Stasiun Lampegan,” kata Oting di ruang kerjanya, Rabu (19/2/2014).

Oting mengaku, Pemkab Cianjur sudah mempersiapkan berbagai rencana untuk menyambut orang nomor satu di Indonesia itu. Mulai dari kesenian apa saja yang akan ditampilkan, hingga bentuk pengamanannya.

Dia mengatakan, Penampilan kesenian asli Cianjur, seperti kacapi-suling akan menjadi awal penyambutan saat SBY tiba di Situs Gunung Padang.

“Tapi itu juga kalau diizinkan Istana. Kami sebagai tuan rumah hanya menyambut saja, tidak ada penyambutan khusus. Kami pun sudah siapkan keamanan, dan nanti juga dibantu Paspampres. Hampir semua OPD yang terlibat sudah kami persiapkan dan dibagi-bagi tugas,” bebernya.

Sementara itu, Kepala Disbudpar Kabupaten Cianjur Teddy Artiawan mengaku, akan mempersiapkan petugas atau juru pelihara Gunung Padang jika SBY ingin mengetahui detail situs tersebut. Nantinya petugas akan memaparkan sejarah situs dan hasil penelitian sementara.

“SBY mungkin sudah tahu hasil penelitiannya, tapi nanti kami akan siapkan petugas buat memaparkan lagi seputar situs Gunung Padang,” pungkasnya.

“Memang baru rencana tapi tidak tahu jadi apa tidaknya SBY berkunjung ke Situs Gunung Padang pada Minggu nanti. Informasi dan rencannya presiden akan menggunakan kereta dari Bogor dan turun di Stasiun Lampegan,” kata Oting kepada Tribun di komplek perkantoran Bupati Cianjur, Jalan Siti Jenab, Kecamatan Cianjur,

http://www.inilahkoran.com/read/detail/2075617/presiden-sby-akan-kunjungi-situs-gunung-padang

http://id.berita.yahoo.com/sby-naik-kereta-api-kunjungi-situs-gunung-padang-092818038.html

Mulai Besok Kereta Api Cianjur-SMI Beroperasi

https://ilovecianjur.files.wordpress.com/2014/02/040fb-dsc02848_edit.jpg

horeee…! Kereta api Cianjur-Sukabumi dipastikan beroperasi besok sodara2 😀

Setelah sekian lama ditunggu, akhirnya kereta api kembali melayani rute Sukabumi-Cianjur. Rangkaian kereta yang diberi nama Siliwangi itu diresmikan pengoperasiannya di Stasiun Sukabumi.

Di dalam udangan na, PT Kereta Api Indonesia Daops 1 Jakarta, menyatakan upacara peresmian dilangsungkan pada Sabtu 8 Februari 2014 pukul 10.30 WIB. Perjalanan perdana dari Stasiun Sukabumi dijadwalkan pada pukul 11.15 WIB.

Keberangkatan dari Sukabumi menuju Cianjur akan berhenti di Gandasoli, Cireungas, Lampegan dan Cibeber. Demikian pula untuk arah sebaliknya.

untuk harga tiket nya, saya tadi sempet cek di website tiket.com, untk tanggal keberangkatan 10 feb,  agak mahal juga sih, soalna bis eko aja cianjur-smi, cmn 8 rebu, bedanya 12 rebu, hahh cape dehh.. 😦

tuk jadwal nya coba cek di bawah sini.

Foto

http://m.metrotvnews.com/read/news/2014/02/07/214084/Horee…-KA-Sukabumi-Cianjur-Besok-Diresmikan